SERIES 16.1 - SERAT WEDHATAMA 2nd discussion
|
Sebagai kelanjutan dari Seri 2.2 - Serat Wedhatama, kita
akan membahas lebih lanjut tentang naskah penting karya KGPAA Mangkunegara IV
ini. |
|
In continuation from Series 2.2 – Serat
Wedhatama, we discuss further about this important piece of manuscript by His
Majesty Sri Mangkoenegoro IV |
|
|
|
Sejarah singkat dari KGPAA Mangkunegara IV Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (KGPAA
Mangkunegara IV = MN IV) lahir pada tanggal 3 Maret 1811 (Senin Pahing, 8
Sapar 1738 tahun Jawa Jumakir, Windu Sancaya) dengan nama kecil Raden Mas
Sudira. Semasa bertahta, MN IV mendirikan pabrik gula di
Colomadu (sebelah barat laut kota Surakarta, telah ditutup) dan Tasikmadu,
memprakarsai berdirinya Stasiun Kereta Api Solo Balapan sebagai
bagian pembangunan jalur rel kereta api Solo – Semarang, kanalisasi
kota, serta penataan ruang kota. Pada masa pemerintahannya, pihak istana Mangkunegaran menulis
kurang lebih 42 buku, di antaranya Serat Wedhatama, dan beberapa
komposisi gamelan. Salah satu karya komposisinya yang terkenal adalah
Ketawang Puspawarna[1],
yang turut dikirim ke luar angkasa melalui Piringan Emas Voyager di dalam
pesawat antariksa nirawak Voyager I tahun 1977[2] MN IV wafat tahun 1881 dan dikebumikan di Astana Girilayu.
Dapat dikatakan bahwa pada masa pemerintahannya, Mangkunagaran berada pada
puncak kebesarannya[3] |
|
|
|
Short history of KGPAA
Mangkunegara IV Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya
Mangkunegara IV (KGPAA Mangkunegara IV = MN IV) was born on March 3, 1811
(Monday Pahing, 8 Sapar 1738 years old Javanese Jumakir, Windu Sancaya) with his
childhood name Raden Mas Sudira. During his reign, MN IV established a
sugar factory in Colomadu (northwest of the city of Surakarta, which has
been closed) and Tasikmadu, initiating the establishment of the Solo
Balapan Train Station as part of the construction of the Solo -
Semarang railway, city canalization, and urban spatial planning. During his reign, the Mangkunegaran court wrote
approximately 42 books, including Serat Wedhatama, and several gamelan
compositions. One of his most famous compositions is Ketawang Puspawarna[4],
which was also sent into space via the Voyager Gold Disc on the Voyager I
unmanned spacecraft in 1977[5]. MN IV died in 1881 and was buried at Astana
Girilayu. It can be said that during his reign, Mangkunagaran Court was at
the peak of his greatness[6] |
|
|
|
Pembahasan lebih lanjut ini didasarkan pada permintaan
karena perbedaan pendapat yang panjang tentang arti dari naskah ini. Dalam
diskusi ini di Seri 16.2-3-4; kami menyertakan naskah dalam bahasa asli
(Jawa) dan terjemahan bebas ke bahasa Indonesia dan Inggris. Penerjemahan dan
diskusi kami didasarkan pada beberapa buku Serat Wedhatama termasuk beberapa
disertasi penelitian dari Universitas di Indonesia dan Belanda tentang naskah
ini berkaitan dengan: Islam, Hindhu dan Kristen. Kami menyajikan diskusi ini
sesuai pemahaman spiritual kami tentang manuskrip ini |
|
This further discussion is based on a
request due to a long dissent on the meanings of this manuscript. In this
discussion at Series 16.2-3-4; we include the manuscript in original language
(Javanese) and free translation to bahasa Indonesia and English. The
translation and our discussions are based on several books of Serat Wedhatama
include several dissertations from Indonesian and Dutch University research
on this manuscript in relation to: Islam, Hindhu and Christianity. We present
this discussion as per our spiritual understanding of this manuscript |
|
|
|
Dalam Seri 16.2 - 3 - 4; Serat Wedhatama yang kami gunakan
sebagai dasar pembahasan adalah 72 ayat. |
|
|
|
In our Series 16.2 – 3 – 4; The Serat
Wedhatama we use as a based for discussion is the 72 verses. |
|
|
1 Q |
Ini adalah buku yang sangat penting dalam Budaya dan
Spiritualitas Jawa. Ada banyak perbedaan pendapat mengenai arti dari naskah
tersebut. Bagaimana pemahamannya berdasarkan Spiritualitas Jawa tentang Serat
Wedhatama? |
|
This is a very important book in Javanese
Culture and Spirituality. There are a lot of dissent regarding the meaning of
the manuscript. What is your understanding based on Javanese Spirituality
about Serat Wedhatama? |
|
|
1 A |
Memang cukup sulit untuk memahami arti sebenarnya dari
naskah ini; jika belum memahami Sejarah, Budaya dan Spiritualitas Jawa |
|
Naskah ini harus dibaca dalam konteks Jawa khususnya
Spiritualitas Jawa tanpa ada masukan dari kepercayaan lain dengan demikian kita
bisa memahami pengertian dan nasehatnya apa adanya. Tentu saja, siapa pun
dapat berdiskusi antaragama / kepercayaan tentang masalah ini untuk alasan
apa pun tetapi pesan aslinya adalah sesuai dengan yang tertulis seperti
aslinya |
|
It is quite hard to understand the real
meanings of this manuscript; if you don’t understand the Javanese History,
Culture and Spirituality |
|
This manuscript must be read in the context
of Java, especially Javanese spirituality, without any input from other
beliefs so that we can understand its meaning and advice as it is. Of course,
anyone can have an interfaith / belief discussion on this issue for any
reason but the original message is as it is written as the original |
|
|
2 Q |
Lantas, apa yang hilang dari pemahaman Serat Wedhatama? |
|
So, what is missing from the understanding
of Serat Wedhatama? |
|
|
2 A |
Yang kurang adalah pemahaman dasar tentang keyakinan KGPAA
Mangkunegoro IV. Dia mengabdikan diri pada ajaran leluhur Jawa, titik. |
|
Dia tidak mengharapkan kita untuk mengikutinya; ia hanya
menyampaikan pemikiran dan pengalaman pribadinya. Hidup kita adalah pilihan kita
sendiri untuk melakukan apa yang ingin di lakukan. Dia memberi contoh
melalui: 1. Nasehat
pembuka (Pangkur: ayat 1 - 14) 2. Panutan
- Panembahan Senopati- (Sinom: ayat 15 – 22) 3. Penjelasan
tentang kelemahan pribadinya (Sinom: ayat 25) 4. Pendapat,
pengalaman dan nasehatnya (Sinom: ayat 23 - 24 dan 26 - 32) 5. Selalu
waspada, teliti dan rajin setelah berusaha mencari jati diri atau makna hidup
(Pucung: ayat 33 - 47) 6. Meditasinya
(Gambuh: ayat 48 - 71) 7. Kata-kata
terakhirnya (Gambuh: ayat 72) |
|
Perbedaan utama antara keyakinannya dan keyakinan yang lain
adalah tentang cara menemukan Tuhan. Dalam kepercayaan leluhur Jawa; pelajaran
mendasar untuk menemukan Tuhan hanya dapat dilakukan melalui pemahaman
mengenai tubuh, pikiran dan jiwa kita. Telah diajarkan selama ribuan generasi
bahwa manusia harus memahami konsep itu untuk dapat mengangkat peri kehidupan
dan menyelesaikan perjalanan tubuh jasmani untuk mencapai kematian dalam
kesempurnaan (jika memungkinkan). Sangat jelas bahwa pemahaman dia sangat berbeda
dengan konsep 'Messenger of God'. |
|
Jadi, dia mencari kedalam diri-sendiri melalui pemahaman
tentang Meditasi Raga (Tubuh), Cipta (Pikiran), Jiwa (Ruh) dan akhirnya (jika
Anda rajin) semoga Tuhan memberkati dengan Meditasi ROSO sebagai yang
terakhir dan tertinggi. Itulah inti dan yang terpenting dari jalinan budaya,
tingkah laku, budi-pekerti, sifat, kepercayaan dan keTuhanan yang beradab dan
saling terkait di Jawa berdasarkan pengamatannya |
|
What is missing is the basic understanding
about KGPAA Mangkunegoro IV faith. He is devoted to his Javanese ancestral
teaching, period. |
|
He doesn’t expect you to follow him; he only
conveying his thought and his personal experienced. It is your choice to do
what you want to do. He gives examples
through: 1.
Opening advise
(Pangkur: verses 1 – 14) 2.
A role model -
Panembahan Senopati- (Sinom: verses 15 – 22) 3.
Explain about his
personal weakness (Sinom: verses 25) 4.
His opinion,
experienced and advise (Sinom: verses 23 – 24 and 26 – 32) 5.
To be always cautious,
careful and diligent in the wake of trying to find yourself or the meaning of
life (Pucung: verses 33 – 47) 6.
His Meditation (Gambuh:
verses 48 – 71) 7.
His final words
(Gambuh: verses 72) |
|
The main difference between his belief and
other faith is about the way to find God. In Javanese ancestral belief; it is
a fundamental teaching to found God is only through the way you understand
your body, mind and soul. It has been taught for thousands of generations
that humans should understand that concept to be able to elevate their life
and finalized their journey in their corporeal body to reach death in
perfection (if possible). In his opinion it is clear that he is dissimilar to
the concept of ‘Messenger of God’ |
|
So, he is looking internally through
understanding of Raga (Body), Cipta (Mind), Jiwa (Soul) Meditation and
finally (if you are diligent) than hopefully God will bless you with the last
and highest one Meditation of ROSO. That is the core and the most importance
of Javanese intricate and intercorrelated fabrics of culture, mannerism,
character, traits, beliefs and God worshipped in Java through his eyes |
|
|
3 Q |
Ajarannya sangat sederhana dan tidak ada yang berlebihan.
Mengapa banyak disalahpahami? |
|
His teaching is very simple and nothing is
over exaggerated. Why it is misunderstood a lot? |
|
|
3 A |
Karena diterjemahkan secara berlebihan dan terlalu berlebihan
dalam banyak hal. Banyak orang yang tidak memahami perkataannya, meski dibaca
berkali-kali dan selalu memaksakan keyakinannya pada naskah ini. Dia
menyebutkan ini dengan jelas di: Sinom - ayat no. 24 Lamun
sira paksa nulad, Tuladhaning
Kangjeng Nabi, O,
ngger kadohan panjangkah, Wateke
tan betah kaki, Rehne
ta sira Jawi, Sathithik
bae wus cukup, Aywa
guru aleman, Nelad
kas ngepleki pekih, Lamun
pangkuh pangangkah yekti karahmat. Terjemahan bahasa Indonesia Kalau
kau ingin meniru, karakter
dari Nabi itu Anakku,
kau melangkah terlalu jauh, budayanya
berbeda, karena
kamu orang Jawa dan
kesederhanaan adalah hidup kita, kelancangan
bukan diri kita. Mereka
mendambakan meniru hidup kita, tetapi,
kalau kamu mengerti Jawa, kamu
pasti mengerti. |
|
Salah satu kesalahpahaman yang paling besar adalah
tentang: Kerendahan hati |
|
Because it is over translated and over board
in many ways. A lot of people do not understand his words, even though it is
read out loud so many times and always pushed their beliefs to this
manuscript. He mentions this clearly at: Sinom – verses no. 24 Lamun sira paksa nulad, Tuladhaning Kangjeng Nabi, O, ngger kadohan panjangkah, Wateke tan betah kaki, Rehne ta sira Jawi, Sathithik bae wus cukup, Aywa guru aleman, Nelad kas ngepleki pekih, Lamun pangkuh pangangkah yekti karahmat. Translation: and, if you want to copy, the character of that Prophet… O ye my child, you are stepping too far, the culture is different, because you are a Javanese-man, and humility is our life, brashness is not our life. They are craving to copy our law of life, but if you are aspired by Java you will understand for sure. |
|
The one biggest misunderstanding is about: Humility |
|
|
4 Q |
Kenapa kesederhanaan menjadi salah pengertian? |
|
Why humility is mis-understood? |
|
|
4 A |
Karena di Jawa intinya adalah mengendalikan keinginan
untuk mencapai keseimbangan untuk mencapai kestabilan tubuh, pikiran dan
jiwa. Kerendahan hati adalah penyeimbang keinginan kita. Tidak ada aturan
tentang seberapa banyak atau seberapa tinggi kita menaruh keinginan; tetapi kita
harus menjaga pikiran, tubuh dan jiwa kita sesederhana mungkin. Kita harus
menjaga keseimbangan hidup kita. Itu adalah cara untuk memiliki pikiran, jiwa
dan raga yang sehat |
|
Banyak orang memang berpikiran bahwa; kerendahan hati
adalah kemiskinan; itu adalah konsep yang salah. Kita bisa menjadi sekaya
yang kita inginkan, tetapi kita juga bisa menjalani hidup sesederhana yang kita
inginkan. Jadilah kaya tetapi tetap sederhana dihidupmu |
|
Selebihnya dapat dibaca pada unggahan kami no: 16.02 / 3/4
untuk Serat Wedhatama yang asli dan terjemahannya |
|
Because in Java, the core teaching is about
controlling your desires to reach balance to achieved stability in your body,
mind and soul. Humility is counterweight of your desires. There are no rules
on how much or how high you put your desires on; but you have to keep your mind,
body and soul as humble as possible. You have to keep your life in balance.
That is a way to have a healthy mind, body and soul |
|
Many people thought that; humility is
poorness; that is a wrong concept. You can be as rich as you want to be but
you can live your life as humble as you want to be, too. Be rich and stay
humble in your life |
|
The rest can be read through at our upload
no: 16.02/3/4 for the Serat Wedhatama original and translation |
|
|
|
[1]
https://en.wikipedia.org/wiki/Puspawarna
[2]
https://en.wikipedia.org/wiki/Voyager_Golden_Record
[4]
https://en.wikipedia.org/wiki/Puspawarna
[5]
https://en.wikipedia.org/wiki/Voyager_Golden_Record
[6]
https://id.wikipedia.org/wiki/Mangkunegara_IV
Comments
Post a Comment