Series 13 - About Human 2

 


1 Q

Apakah hidup itu?

 

What is Life?

 

 

1 A

Pertama tentang: kapan kita mulai hidup menurut Spiritualisme Jawa. Gambar di bawah ini akan memberi kita pengetahuan asal muasal hidup

 

 


 

First is about: when do we start to be alive according to Javanese Spiritualism. The above picture will give you the timeframe

 

3 bulan pertama; janin hidup tetapi Roh belum kekal. Ketika janin memasuki bulan ke-4 Roh mendapatkan Energi Abadi atau Energi Kehidupan dan menjelma menjadi Roh Kehidupan Sejati dan tertanam di dalamnya adalah karakter seperti kreativitas & kemampuan untuk mengambil keputusan. Kedua sifat tersebut merupakan karakter yang dibawa oleh bayi ke dunia ini yang akan menjadi bekal kehidupan sejak kecil hingga usia lanjut

 

The first 3 months; fetus is alive but the Spirit is not eternal, yet. When fetus entering 4th months the Spirit got its Eternal Energy or Life Energy and it becoming a True Spirit of Life and embedded on it is traits of creativity / ability to make a decision. These two traits are the character which baby brings to this world which will become the provisions of life since childhood to old age

 

Proses kreativitas Tuhan dalam menciptakan Manusia kemudian diturunkan kepada Manusia sejak usia 4 bulan dalam kandungan ibu yang disebut: Wasesa

 

God creativity process on creating Human Being it is then passed down to Human being since it is 4 months in the mother womb which is called: Wasesa[1]

 

 

2 Q

Bagaimana dengan Teori DARWIN Menurut Spiritualisme Jawa?

 

How about DARWIN Theory’s according to Java Spiritualism?

 

 

2 A

Spiritualisme Jawa tidak percaya pada Teori Darwin. Dalam keyakinan Spiritualisme Jawa sangat jelas dari ajaran yang diajarkan secara turun-temurun di Jawa; Manusia bukanlah evolusi dari Kera. Kesamaan yang ditemukan ilmuwan antara Manusia dan Kera terjadi; karena Kera diciptakan sebelum Manusia dan menjadi prototipe makhluk hidup sebelum Manusia.

 

 


 

Java Spiritualism do not believe in Darwin’s Theory. In Javanese Spiritualism beliefs it is very clear from GOD teaching which was taught from generation to generation in Java; Human is not an evolution of Apes. The similarity that scientist found between Human and Apes is because Apes was created before Human and it is becoming the prototype of living ‘beings’ before Human.

 

Memang benar berdasarkan penelitian ilmiah kemiripan DNA Manusia dan Kera adalah seperti di bawah ini. Tapi, dari jenis Chimpanze terakhir yang diciptakan; tidak ditemukan tautan ke Manusia; karena Manusia adalah ciptaan yang sama sekali baru dan independen dan tidak terkait dengan ciptaan apa pun sebelumnya. Alasannya adalah karena Hyang Maha Kuasa tidak menganggap bahwa ciptaan-Nya sebelumnya sempurna untuk disebut Manusia. Kemudian Tuhan menciptakan Manusia. Pemahaman ini berdasarkan pada ajaran Spiritualisme Jawa

 

 


 

It is true that based on scientific researched DNA similarity of Human and Apes/ Chimps are as above. But, from the last Apes created; there are no link to Human being; because it is a completely new and independent creation which was not link to anything before. The reasons are because GOD don’t think that His creation before is perfect for a Human being. Then God created Human being.  This knowledge is based on the Javanese Spiritualism teaching

 

 

3 Q

Di planet Bumi ini kita memiliki banyak ras yang berbeda. Berapa ras di dunia yang diciptakan Tuhan menurut Spiritualisme Jawa?

 

In this planet Earth we have many different races. How many races in the world that God created according to Java Spiritualism?

 

 

3 A

Kita harus memahami istilah DNA seperti di bawah ini. Perbedaan DNA antara setiap manusia di planet ini adalah 0,1% dan sisanya sama; dan tidak peduli apa warna kulit kita. Semua manusia memiliki 99,9% DNA yang sama

 

 


 

We should understand the terms DNA as above. The DNA difference between each human being in this planet is 0.1% and the rest is the same; and it doesn’t matter what is your skin color. All human shared 99.9% same DNA

 

Didalam Spiritualisme Jawa di percaya; Hyang Maha Kuasa membuat 4 (empat) warna kulit: Coklat, Hitam, Kuning dan Putih dan sebagai Manusia semuanya (tidak peduli warna yang mana) memiliki 99,9% DNA yang sama

 

 


 

To the Javanese Spiritualism believes; Hyang Maha Kuasa made 4 (four) skin colors: Brown, Black, Yellow and White and as a Human being all of them (doesn’t matter which color) have 99.9% same DNA

 

Melalui migrasi dan pernikahan; Manusia kemudian dipisahkan menjadi banyak ras dan banyak campuran DNA yang kemudian menciptakan Manusia seperti yang kita kenal sekarang. Teori migrasi ini belum sepenuhnya disetujui oleh masyarakat ilmiah. Ada beberapa teori migrasi yang utama; berdasarkan DNA, berdasarkan geografi, berdasarkan bukti-bukti sejarah dan lain-lain. Berdasarkan ajaran Spiritualisme Jawa; Yang kita tahu Pulau Jawa adalah yang tertua di dunia. Penelitian berbasis ilmiah yang terdekat dengan pernyataan itu; ditemukan di dalam penelitian Atlantis. Namun Spiritualisme Jawa tidak pernah mendapatkan ajaran apapun tentang Atlantis. Yang dipercaya oleh Spiritualisme Jawa adalah Sejarah Ramayana (lihat: Seri 1). Salah satu Sejarah Migrasi bisa dilihat seperti di bawah ini:

 

 


 

By migrations and marriage; Human being than separated to become many races and many mixed of DNA which than created Human being as we know now. The migrations theory is not agreed yet by the scientific society. There are several major migrations theory; based on DNA, based on geography, based on historical findings and etc. Based on Java Spiritualism teachings; what we know is Java Island is the oldest in the world. The closest scientific based research about this; is found inside the research of Atlantis. But Java Spiritualism never ever got any teaching about Atlantis. What Java Spiritualism belief is the History of Ramayana (see: Series 1). One of the Migration History could be seen as above[2]

 

 

4 Q

Ada banyak cerita religius atau spiritual di seluruh dunia tentang tujuan manusia hidup di dunia ini. Hampir semua agama / spiritualitas mengajarkan tentang kehidupan yang sebenarnya adalah setelah kehidupan di dunia ini. Apakah Spiritualisme Jawa memiliki keyakinan yang sama?

 

There are a lot of religious or spiritual stories around the world about the purposed of Human being lived in this world. Almost all religions / spirituality teach about the real life is actually after the life in this world. Is Java Spiritualism had the same beliefs?

 

 

4 A

Tidak semuanya. Kehidupan manusia di bumi ini tidak kekal. Pepatah Jawa adalah: Urip nang dunyo mung mampir ngombe '. Pemahaman menjalani hidup kita sebagai Manusia di bumi adalah untuk menyebarkan Energi Tuhan (kebaikan) dan setelah kehidupan ini; tujuan akhir kita setelah kehidupan adalah mencapai kehidupan Kekal. Dalam 'Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu' (lihat Seri 3.2) pengetahuan untuk mencapai tingkat ini dikenal sebagai - Ilmu Kasidan Jati / Ilmu Kasampurnaning Pati -

 

 


 

Not entirely. Human life on earth is not eternal for sure. Javanese saying is: ‘Urip nang dunyo mung mampir ngombe’[3]. The understanding of living our life as a Human being on earth is for spreading God Energy (goodness) and after this life; our ultimate after life is to reach Eternal life. In ‘Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu’(see Series 3.2) the knowledge to reach this level is known as – Ilmu Kasidan Jati / Ilmu Kasampurnaning Pati -

 

Dalam Spiritualisme Jawa; kematian adalah tentang kembali ke Alam Kelanggengan; dan ini tercapai ketika Roh kita bisa menyatu dengan Energi Abadi Tuhan yang berarti Roh kita akan berubah menjadi cahaya. Kehidupan di dunia lain yang digambarkan sama dengan Kehidupan kita di Bumi tetapi dengan kebahagiaan abadi tidak ada dalam Spiritualisme Jawa. Kehidupan di dimensi lain tidak sama dengan kehidupan di bumi. Manusia tidak membawa perasaannya (segala jenis perasaan) ke dimensi lain. Di dimensi lain tidak ada kesedihan, kebahagiaan, rasa sakit atau perasaan yang luar biasa. Semua perasaan manusiawi itu hilang seluruhnya. Satu-satunya tempat yang ingin dikunjungi oleh semua Roh adalah Kehidupan Kekal; Itu menurut Spiritualisme Jawa

 

 


 

In Javanese Spiritualism; death is about going back to Eternal Dimension; and this is achieved when our Spirit could merge with God Eternal Energy which is means our Spirit will turn to a light. Life in other world which is depicted as the same as our Life on Earth but with eternal happiness is not exist in Java Spiritualism. Life in the other dimensions is not the same with life on earth. Human don’t bring their feelings (all kind of feelings) to the other dimension. In the other dimensions there are no sad, happiness, pain or great feelings. Those humanly feelings are all gone. The one and only place that all Spirits will try to go is Eternal Life; that is according to Java Spiritualism

 

 

5 Q

Kita dapat melihat banyak tentang Ritus & Ritual Kematian Hindhuisme atau Hindhuisme Jawa. Bagaimana Ritual & Ritual Kematian Spiritualisme Jawa yang asli?

 

We see a lot about Hindhuism or Java Hindhuism Death Rite & Rituals. How is the original Java Spiritualism Death Rite & Rituals?

 

 

5 A

Menurut ajaran kuno Spiritualisme Jawa adalah Pembakaran. Kita bisa melihat di Candi Keraton Ratu Boko didekat Candi Prambanan-Kalasan. Disitu ditemukan krematorium di dalam Area Candi

 

 



 

Javanese Spiritualism ancient teaching is cremation. We could see at Keraton Ratu Boko Temple (Queen Boko Palace, Temple) near Prambanan-Kalasan Temple. There is a crematorium inside the Temple Area

 

Pemakaman jasad di bawah tanah sebenarnya tidak dikenal dalam Spiritualisme Jawa. Hal ini karena; pemahaman tentang kematian dalam Spiritualisme Jawa; karena Roh akan pergi ke Alam Kekal dan untuk tubuh - harusnya - dikremasi untuk membantu mempercepat proses kembali ke alam. Kematian sempurna dalam Spiritualisme Jawa adalah MOKSA (Lihat: Seri 5); tetapi tidak banyak orang yang mampu melakukan MOKSA. Untuk membantu kebanyakan orang yang tidak dapat melakukan Moksa adalah membuat tubuh dihancurkan sepenuhnya secepat mungkin melalui kremasi. Yang paling mirip adalah upacara dan ritual NGABEN di Bali

 

Bodily funeral under the soil is actually not known in Java Spiritualism. This is because; the understanding of death in Java Spiritualism; for the Spirit is going to go to Eternal Realm and for the body - it should be – cremated to help speed up the process of going back to nature. The perfect death in Java Spiritualism is MOKSA (See: Series 5); but not many people are able to do MOKSA. To help most people who are unable to performed Moksa is to have the body to completely dissolved as fast as possible through cremation. The most similar is the Rites & Rituals of NGABEN in Bali

 

 

6 Q

Apakah proses MOKSA sangat umum di Jawa jaman dulu kala?

 

Is the process of MOKSA very common in old Java?

 

 

6 A

Sebagian besar masyarakat Jawa yang masih menganut kepercayaan nenek moyang mengenai spiritualisme; pasti memahami MOKSA atau MUKSO dalam dialek Jawa. Di zaman kuno; kita tidak memiliki sekolah formal tetapi kita memiliki Guru Spiritual (Guru). Biasanya Guru akan mengajar dari usia muda hingga dewasa kemudian murid-muridnya harus keluar dari tempat Guru nya untuk menjalani kehidupannya di masyarakat. Di tempat Guru semua orang belajar Sastrajendra (Lihat: Seri 3.2). Ada 7 jenis ilmu yang bisa dipelajari setiap orang

 

Siapapun yang ingin belajar MOKSA harus mencapai level 7; itulah alasan mengapa tidak mudah untuk mempelajari level ini. MOKSA adalah bentuk pembelajaran tertinggi.

 

Di zaman kuno siapa saja yang sadar tentang kehidupan mereka; akan mengumumkan waktu 'LENGSER KEPRABON' mereka dan pada periode waktu ini; orang itu akan melepaskan semua kemelekatan duniawi mereka dan pergi ke tempat yang sunyi (gua, gunung, bukit, hutan dll) dan memulai meditasi paling ujung dan terakhir agar mereka dapat mencapai kematian yang sempurna

 

 


 

Most Javanese people who still following their ancestor belief in spiritualism understand MOKSA or MUKSO in java dialect. In the ancient time; we don’t have a formal school but we do have a Spiritual Teacher (Guru). Usually, Guru will teach from young age to adulthood then the pupils had to be out of the Guru place to live their life in the society. In Guru places everybody is learning Sastrajendra (See: Series 3.2). There are 7 type of knowledge that everybody could learn.

 

Anybody who want to learn MOKSA should reach level 7; that is the reason it is not easy to learn this level. MOKSA is the highest form of learning.

 

In ancient time anybody who is aware about their lifetime; will announce their time of ‘LENGSER KEPRABON’[4] and at this period of time; that person will release all of their worldly attachment and went to quiet place (caves, mountains, hills, forest etc) and started their final and last meditation to reach the perfect death

 

 

7 Q

Sepertinya; Di masa lalu, mengumumkan pensiun saja tidak cukup dan harus dilanjutkan dengan keluar dari kota dan tinggal di desa atau di pegunungan dll. Orang masa kini tidak lagi melakukan meditasi Moksa. Bagaimana caranya kita dapat mengatur hidup seperti saat ini dan pada saat yang sama kita bisa pergi ke Alam kelanggengan pada saat kita meninggal; apakah ini memungkinkan? Ada saran?

 

It looks like; in the old days announcing our retirements is not enough and it should be continued with moving ourself out of the cities and live-in villages or mountain village etc. Modern people don’t do Moksa meditation anymore. What is the similar way for us to manage these conditions but at the same time we can go to Eternal Realm at the time we die; is it possible? Any advised?

.

 

7 A

Cukup sulit jika kita ingin mencapai Kematian Yang Sempurna yang artinya MOKSA. Untuk mencapai jenjang tersebut, kita perlu mempersiapkan diri untuk menguasai ilmu Kasampurnaning Pati dan tidak hanya menguasai ilmunya saja tetapi kita harus menerapkan semua ilmu tersebut dalam kehidupan kita. Ini jadinya, seperti memasuki Pertandingan Meditasi tingkat Olimpiade dunia; untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik dari planet ini pada waktu tersebut

 

Namun sebenarnya, MOKSA memang bukan untuk semua orang. Kematian dalam damai cukup baik untuk semua orang. Untuk mencapai kematian dengan damai dapat dicapai melalui Meditasi. Dan melakukan Meditasi tidak berarti kita harus melepaskan agama kita. Kita bisa tetap  beragama apa pun yang kita yakini dan melakukan meditasi pada saat yang bersamaan. Dalam Spiritualisme Jawa, khususnya Meditasi Sedulur Papat (Lihat: Seri Meditasi) setelah Anda memahami peran dari Titik Sedulur (Habitude); selanjutnya kita dapat berdoa dan menggunakan PANCER kita untuk menghubungkan roh kita dengan Energi Tuhan

 

It is quite difficult if you want to get Death in Perfection which is mean MOKSA. To achieved that level, you need to prepare yourself to master the knowledge of Kasampurnaning Pati and not only master the knowledge but you implement all that knowledge in to your life. This is like entering a world class Olympic level of Meditaton; to become the best of the best from this planet at that time

 

But actually, MOKSA is not for everyone. Death in peace is good enough for everyone. To reach death peacefully can be achieved through Meditation. And doing Meditation doesn't mean we have to give up our religion. We can stay in whatever religion we believe in and do meditation at the same time. In Javanese Spiritualism, especially Sedulur Papat Meditation (See: Meditation Series) after you understand the role of Sedulur Points (Habitude); then you can pray and use your PANCER to connect your spirit with God's Energy

 

 

8 Q

Damai adalah kata ajaib. Banyak orang membicarakannya tapi tidak banyak orang yang bisa mencapainya. Bahkan saat kita duduk untuk bermeditasi; sangat sulit untuk menenangkan pikiran kita untuk mencapai kedamaian. Adakah cara untuk menangani masalah itu secara efektif?

 

Peace is a magical word. Many people talk about it but not many people could achieve it. Even when we sit down to meditate; it is very hard to quiet our mind to reach peace. Is there any way to handle that problem effectively?

 

 

8 A

Sayangnya, formula yang baik untuk semua orang tidak tersedia. Itulah tantangan setiap meditasi. Setiap orang memiliki masalah mereka sendiri dan meditasi bukanlah 'ayam goreng dengan satu resep yang terjamin untuk semua orang'. Setiap orang harus mencoba dan menyesuaikan dirinya sesuai dengan situasi pribadi mereka masing-masing. Namun, dari ajaran yang diberkan menunjukkan bahwa ada beberapa cara untuk mengelola gejolak di dalam kepala dan pikiran seperti dibawah ini

 

Unfortunately, a good formula for everybody is not available. That is the challenge of every meditation. Every person had their own problem and meditation is not a ‘fried chicken with one guaranteed recipe for everybody’. Everybody should try to adjust their situations in accordance to their personal situations. However, from the teachings it is showed there are several ways to manage the turmoil inside your head and mind such as below:

 

a

Lihat Seri Meditation for Beginner. Dalam meditasi Jawa, langkah pertama bukanlah menutup mata. Tetapi untuk melihat ke bawah sekitar 1 m dari tempat duduk kita dan pada saat ini kita dapat berdoa atau mencoba menenangkan pikiran kita sendiri. Menenangkan pikiran kita ini sangat penting. Harap diingat untuk tidak memusatkan pikiran kita atau mencoba memproyeksikan pikiran kita pada apa pun. Usahakan untuk tetap rileks saja

 

 

 


 

 

See Meditation Series Beginner. In Jawa Meditation the first step is not to close your eyes. But to look down at around 1 m length from your seat and at this time you can pray or try to relax your mind. Relaxing your mind is very important. Please remember not to concentrate your mind or try to project your thought to anything. Just relax

 

b

Ikuti pernapasan, tarik napas dan buang napas. Perlahan dan semakin lambat sampai kita lupa dan tidak merasakan apa-apa lagi di sekitar kita

 

 

 


 

 

Follow your breathing, inhale and exhale. Slowly and getting slower and slower until you forget and don’t feel anything around you anymore

 

Kedua langkah tersebut cukup sulit bagi orang yang mengalami banyak stres dan kecemasan dalam hidupnya. Beberapa orang akan membutuhkan bantuan ekstra melalui musik untuk mengarahkan pikiran mereka keluar dari stres. Itulah sebabnya di Jawa Meditasi langkah pemula selalu langsung di bawah bimbingan guru

 

Those two steps are quite hard for people who had a lot of stress and anxiety in their life. Some people will need extra help through music to direct their mind out of their stressed. That is the reason in Jawa Meditation the beginner step is always directly under a teacher guidance.

 

 

9 Q

Mengapa Spiritualisme Jawa menekankan masalah Kematian? Mengapa tidak mengenai Hidup? Mengapa Kehidupan setelah Kematian begitu penting; jika akhirnya, akhirnya adalah mengubah Roh kita menjadi debu bintang di Alam Abadi? Ketika kita mati, semua perasaan kemanusiaan kita akan hilang dan di Spiritualisme Jawa tidak ada Surga & Neraka (Seri 4.05); Jadi, apa pentingnya mempelajari tentang Kematian?

 

Why Java Spiritualism is emphasizing in Death? Why not Life? Why Life after Death is so important; if finally, the end of it is to turn our Spirits to become a stardust in Eternal Realm? When we die, all of our humanly feelings will be gone and in Java Spiritualism there are no Heaven & Hell (Series 4.05); so, what is the importance of learning about Death?

 

 

9 A

Kita sudah membahasnya di Seri 4.05, seperti dibawah ini:

 

Dari orang-orang yang telah melalui 'Mati Suri'; sudah banyak dari mereka pergi ke lokasi yang mereka sebut sebagai tempat 'damai dan tenteram'. Dalam Spiritualisme Jawa; itu adalah ruang tunggu terakhir tapi itu bukan Alam Kelanggengan. Karena di Alam Kelanggengan; semua roh akan berubah menjadi cahaya / pancaran / sinar tanpa bentuk keduniawian yang melekat lagi

 

Beberapa agama / spiritualitas; mengaitkan Alam Gelap dengan Neraka. Dalam Spiritualisme Jawa, hal itu adalah dimensi / alam lain. Di alam ini ada kehidupan lain yang juga harus dilanjutkan.

Jadi, hal ini adalah pilihan bagi manusia untuk memilih 'Life After Death' mereka. Anda bisa memilih dimensi kelanggengan atau dimensi gelap

 

Hidupmu dan matimu adalah pilihanmu

 

We had discussed it at Series 4.05; see below:

 

From people who had been through ‘Near Death Experienced’; many of them go to a location which they said a ‘peaceful and serene’ place. In Jawa Spiritualism; this is the ultimate waiting area but that is not Eternal Realms. Because in Eternal Realms; all spirits will turn to light / glow / rays only with no worldly shape attach[5]

 

Some religions/ spirituality; associated Dark Realm with Hell. In Jawa Spiritualism it is another dimension / realm. In this realm there are another life to be continued as well[6]

So, it is a choice for human to choose for their ‘Life After Death’. You can choose the eternal dimension or the dark dimension[7]

 

Your life and your death are your choice

 

 


[1] Wasesa is has the power to determine action = freedom of action

[2] Research by Dhani Irwanto - https://atlantisjavasea.com/

[3] Urip nang dunyo mung mampir ngombe is a Javanese words and literal meaning is Living in the world is just to stop by for a drink

[4] LENGSER KEPRABON is a Javanese words literal meaning is: Stepped Down from your Palace

[5] Series 4.05

[6] Series 4.05

[7] Series 4.05



Comments

Popular Posts