SERIES 17.1 - PENCAK SILAT (TRADITIONAL INDONESIAN MARTIAL ARTS)

 


 

LATAR BELAKANG / BACK GROUND

 

 

 

UNESCO menorehkan pada tahun 2019 dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Manusia untuk Pencak Silat Tradisional Indonesia

 

UNESCO inscribed in 2019 on the Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity for Traditional Indonesian Pencak Silat

 

 

 

Selain olah raga, tradisi pencak silat juga mencakup aspek mental-spiritual, bela diri dan kesenian. Jurus dan gaya Pencak Silat sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur kesenian, melibatkan kesatuan tubuh dan gerak yang sesuai dengan musik pengiringnya. Istilah 'pencak' lebih dikenal di Jawa, sedangkan istilah 'silat' lebih dikenal di Sumatera Barat, menggambarkan sekelompok silat yang memiliki banyak kesamaan. Selain istilah lokal, setiap daerah memiliki gerak, gaya, iringan, musik, dan perlengkapan pendukungnya sendiri-sendiri, yang meliputi kostum, alat musik, dan senjata tradisional. Praktisi Pencak Silat diajarkan untuk menjaga hubungan dengan Tuhan, manusia, dan alam, serta dilatih dalam berbagai teknik untuk menghadapi serangan atau situasi berbahaya lainnya berdasarkan prinsip untuk melindungi diri sendiri maupun orang lain, menghindari menyakiti pelanggar dan membangun persahabatan

Praktik tersebut memperkuat persaudaraan, menjaga ketertiban sosial, dan memberikan hiburan untuk upacara ritual. Pengetahuan dan keterampilan terkait umumnya diajarkan di sekolah non-formal dan mencakup tradisi dan ungkapan lisan seperti salam, frasa filosofis, puisi berirama, nasihat, serta lagu dan teknik memainkan instrumen.

 

In addition to their sporting element, Traditions of Pencak Silat also encompass mental-spiritual, self-defence and artistic aspects. The moves and styles of Pencak Silat are strongly influenced by various elements of art, involving a unity of body and movement fitting the accompanying music. The term ‘pencak’ is better known in Java, while the term ‘silat’ is better known in West Sumatra, describing a group of martial arts with many similarities.

In addition to local terms, each region has its own moves, styles, accompaniments, music, and supporting equipment, which includes costumes, musical instruments, and traditional weapons. Pencak Silat practitioners are taught to maintain their relationship with God, human beings, and nature, and are trained in various techniques to deal with attacks or other dangerous situations based on principles to protect themselves as well as others, avoid harming the offender and build comradeship.

The practice strengthens comradeship, maintains social order, and provides entertainment for ritual ceremonies. Related knowledge and skills are commonly taught in non-formal schools and include oral traditions and expressions such as greetings, philosophical phrases, rhymed poems, advice, as well as songs and techniques to play the instruments[1]

 

 

1 Q

Kapan Pencak Silat didirikan di Indonesia?

 

When is Pencak Silat founded in Indonesia?

 

 

1 A

Bukti arkeologi mengungkapkan bahwa asal-usul seni bela diri Indonesia, yang dikenal sebagai Pencak Silat, berasal dari abad ke-6, dari zaman kerajaan Sriwijaya di Sumatera dan kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Artefak menunjukkan bahwa sistem pertempuran unik ini telah digunakan secara konsisten sepanjang sejarah panjang Indonesia

 

Di Sumatera, seni bela diri Silek (Silat) didirikan sekitar tahun 1119 oleh Datuk Suri Dirajodi Pariangan dari Padang Panjang. Dia dikatakan telah dibantu oleh master seni bela diri dari negara lain yang mengajarinya sistem Kambiang Utan (mungkin dari Kamboja), Harimau Champo (mungkin dari Champa / Vietnam), Kucing Siam (mungkin dari Siam / Thailand), dan Anjiang Mualim (mungkin dari Persia)

 

Pencak Silat tidak hanya mempelajari ilmu bela diri tetapi juga seni tari, musik, ilmu agama, ilmu kebatinan, olah raga dan tata tertib pribadi. Ini adalah praktik budaya yang integratif dan beragam

 

 



 

Archaeological evidence revealed that the origins of Indonesia’s martial art, known as Pencak Silat dates back to the 6th century, to the times of the Srivijaya kingdom on Sumatra and the Majapahit kingdom in East Java. Artifacts showed that this unique combat system had been used consistently through Indonesia’s long history.

 

In Sumatera, the martial art of Silek (Silat) was established around 1119 by Datuk Suri Dirajodi Pariangan from Padang Panjang. He was said to have been assisted by martial art masters from other countries who taught him the Kambiang Utan system (presumably from Cambodia), the Harimau Champo (presumably from Champa/Vietnam), Kucing Siam (presumably from Siam/Thailand), and the Anjiang Mualim (presumably from Persia)

 

Pencak Silat not only the study of self-defense but also dance, music, religious learning, mysticism, sport and rules for personal conduct. It is both an integrative and diverse cultural practice[2]

 

 

 

Beberapa jenis Pencak Silat di Indonesia | Types of Pencak Silat in Indonesia

 

 


 

 

 

Gerakan dasar | The basic movement

 

 



 

 

 

Latihan / Practice

 

 

 

 

 

Gerak binatang | Animal movement


 


 

 

 

Silat dengan senjata | Silat with weapons

 

 


 

 

 

Senjata | Weapons

 

 

 


 

 

 

Perbedaan dalam budaya Latihan | The cultural practice differences

 

 


 

 

 

Perbedaan dalam Latihan pernafasan dengan meditasi| The breathing techniques difference with meditation

 

 


 



 

 

 

Harus diingat dalam Spiritualisme Jawa, posisi dari ilmu Kadigdayan (lihat Series 13: About Human 2)

 

 



 

It must be remembered in Javanese spiritualism, the position of Kadigdayan Knowledge (see Series 13: About Human 2)

 

 

Bersambung | To be continued

 


[1] https://ich.unesco.org/en/RL/traditions-of-pencak-silat-01391

[2] The Politics of Inner Power: The practice of Pencak Silat in West Java by: Ian Douglas Wilson – PhD Thesis 



Comments

Popular Posts