SERIES 30.00 - SASTRAJENDRA HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU 2 - THE OPENING



A

KATA PENGANTAR | INTRODUCTION

 

Pertama kami tampilkan waktu-waktu yang bersejarah untuk menjadi panduan pemahaman SASTRAJENDRA HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU (SHPD)

 

First, we present historical times to serve as a guide for understanding SASTRAJENDRA HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU (SHPD)

 


 

Analisa dari Serat Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu (SHPD) ini dibuat berdasarkan koleksi dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia no: NB 17 yang dirangkum pada tahun 1843

 

This analysis of the Serat Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu (SHPD) literature was made based on a collection from the National Library of the Republic of Indonesia no: NB 17 compiled on 1843

 

 

 

SHPD adalah literatur yang sangat penting didalam pengembangan pemahaman spiritualitas Jawa. Tulisan ini adalah pengembangan dari judul yang sama yang ada di Series 3.02. Didalam series ini kami menterjemahkan SHPD ini; dari sudut pandang kami sebagai spiritualis Jawa. Semoga tulisan ini berguna bagi semuanya

 

SHPD is a very important literature in developing an understanding of Javanese spirituality. This article is a development of the same title in Series 3.02. In this series we translate this SHPD; from our point of view as Javanese spiritualists. Hopefully this article is useful for everyone

 

 

 

SHPD ini adalah sejenis catatan dari sidang terbuka para Dewa Agung yang untuk berdiskusi dan mengungkapkan hasil analisa mereka terhadap SHPD. Tanya jawab dan pernyataan-pernyataan para dewata Agung inilah yang dituliskan dalam SHPD.

 

This SHPD is a kind of record from the open session of the Great Deities to discuss and reveal the results of their analysis of the SHPD. Questions and answers and statements of the great deities are written in the SHPD

 

 

 

Disini kami berikan daftar hadir dari para Dewata Agung dan silsilah yang penting berikut nama-nama julukan setelah sidang ini, untuk membantu memudahkan pemahaman untuk mengikuti kisah diskusi para Dewata Agung ini. SHPD banyak di transformasikan dan dipecah lagi menjadi ajaran-ajaran yang tersebar di Jawa dari dahulu kala. SHPD yang asli sudah tidak ditemukan lagi. SHPD didalam floklor Jawa diketahui sebagai pengetahuan yang diajarkan sejak awal (asal-muasal) pembuatan manusia

 

 


 

 

Here we provide a list of the attendance of the Great Deities and important genealogies along with the nicknames after this session, to help make it easier for understanding and in following the story of this discussion of the Great Deities. SHPD has been transformed and further divided into teachings that have been spread throughout Java from beginning of time. The original SHPD is no longer found. SHPD in Javanese folklore is known as knowledge that is taught from the beginning (origins) of human creation.

 

 

 

Diskusi ini ditulis dalam 6 pupuh (babak), sebagai berikut:

 

Pupuh 1

Dhandanggulo

33 bait

 

Pupuh 2

Sinom

33 bait

 

Pupuh 3

Asmarandhana

25 bait

 

Pupuh 4

Kinanthi

64 bait

 

Pupuh 5

Mijil

38 bait

 

Pupuh 6

Pangkur

18 bait (saja yang kami nilai asli)

 

The discussion is written in 6 pupuh (babak = stanza); as follow:

 

Pupuh 1

Dhandanggulo

33 Verses

 

Pupuh 2

Sinom

33 Verses

 

Pupuh 3

Asmarandhana

25 verses

 

Pupuh 4

Kinanthi

64 verses

 

Pupuh 5

Mijil

38 verses

 

Pupuh 6

Pangkur

18 verses (only; considered as original)

 

 

 

 

 

 

B

LATAR BELAKANG SEJARAH | HISTORICAL BACKGROUND

 

Pertama, karya sastra ini disusun pada tahun 1843. Di Indonesia khususnya Jawa; berdasarkan waktu sejarahnya berada diantara:

 

First, this literary work was compiled in 1843. In Indonesia, especially Java; based on historical time is between:

 

Keraton SOERAKARTA HADININGRAT (Palace)

Pura MANGKUNEGARAN (Duchy / Dukedom)

 

Sri Susuhunan Pakubuwono VI (1823 – 1830)

Sri Mangkunegoro II (1795 – 1835)

 

Sri Susuhunan Pakubuwono VII (1830 – 1858)

Sri Mangkunegoro III (1835 – 1853)

 

 

 

Pada waktu yang sama; Dutch East Indies di Indonesia (Jawa) berada dibawah pengaturan Commissioners General, sebagai berikut:

 

At the same time; The Dutch East Indies in Indonesia (Java) are under the control of the Commissioners General, as follows:

 

Daftar Gubernur Jenderal dan masanya

List of Governor General and timeframe

 

Dominique Jacques de Eerens – Governor General

1836 - 1840

 

Carel Sirardus Willem van Hogendorp– Acting

1840 - 1841

 

Pieter Merkus – Governor General

1841 - 1844

 

Joan Cornelis Reynst - Acting

1844 - 1845

 

 

 

Sejarah penyebaran Islam di Jawa dimulai dari sekitar tahun 1600an; baik melalui pendirian masjid dan juga melalui posisi-posisi sebagai penasihat Raja-raja Jawa

 

The history of the spread of Islam in Java starts from around the 1600s; both through the establishment of mosques and also through positions as advisors to the Javanese kings

 

 

C

MASALAH ISI YANG TIDAK SESUAI | UN-MATCHED CONTENT PROBLEM

 

 

 

Pada analisa literatur ini; ditemukan usaha yang sangat kental untuk meyakinkan masyarakat umum bahwa literatur ini adalah ciptaan dari mazhab Islam. Tetapi, usaha ini mengalami kesulitan, karena naskah asli dari SHPD sangat kental dengan dunia Pewayangan (Dewa) yang tidak ditemui di dalam Islam maupun semua dokumen-dokumen yang lebih terdahulu dari agama-agama yang bersumber dari Abraham (Judaism dan Christianity) seperti Zabur, Torah maupun Qurán. Karena kesulitan itu kemudian dilakukan penyisipan-penyisipan kata-kata yang islami terhadap kalimat-kalimat yang ada didalam SHPD agar dapat dibaca sebagai suatu karya yang Islami

 

Sisipan-sisipan ini sudah pasti mudah dikenali kalau dilihat sudut pandang Jawa asli. Karena pemahaman spiritualitas Jawa asli; sama sekali tidak mengakui adanya para nabi yang bersumber dari keturunan Abraham. Contohnya: Para Dewa seperti: Wisnu, Endra, dan para Resi dll itu tidak dikenal dalam agama dari keturunan Abraham. Demikian juga nama-nama dari keturunan Abraham sama sekali tidak dikenal dalam dunia kepercayaan Jawa. Dengan demikian dalam kepercayaan Jawa asli tidak mengenal doa maupun ucapan-ucapan yang bernuansa Islam

 

In this literature analysis; we found a very strong effort to convince the general public that this literature is the creation of the Islamic scholar. However, this effort encountered difficulties, because the original text of the SHPD is very thick with the world of Pewayangan (Deities) which is not found in Islam and all earlier documents from religions originating from Abraham (Judaism and Christianity) such as the Zabur, Torah and Qurán. Because of this difficulty, Islamic wordings were then inserted into the sentences in the SHPD so that they could be read as an Islamic work.

 

These inserts are definitely easy to spot from a native Javanese point of view. Because the understanding of genuine Javanese spirituality; does not recognize the existence of all the prophets who come from the descendants of Abraham. For example: Gods such as: Vishnu, Endra, and the Rishis etc. are not known in the religion of Abraham's descendants. Likewise; the names of Abraham's descendants are completely unknown in the world of Javanese belief. Thus, in the original Javanese belief, there is no prayer or saying which had any Islamic nuance

 

 

 

Juga ditemukan nama-nama yang tidak pernah dikenal pada kebudayaan Jawa, misalnya:

·         Sri Ngusman Aji

·         Bani Israil

Disini jelas sekali bahwa isi dari Literature ini dengan sengaja dibelokkan kearah kebudayaan dan kepercayaan yang bukan Jawa

 

Also found names that were never known in Javanese culture, for example:

·         Sri Ngusman Aji

·         Bani Israel

It is clear here that the contents of this Literature are deliberately twisted towards a non-Javanese culture and belief

 

 

D

MASALAH PUPUH ASLI & TAMBAHAN | PROBLEM OF ORIGINAL STANZA & ADDITIONAL

 

 

 

Pada Pupuh 6 – Pangkur yang terdiri dari 36 bait; pada bait ke 18 diskusi antara para Dewata dinyatakan selesai dan para Dewata kembali ke tempatnya. Tetapi di dalam SHPD ini dilanjutkan kepada bait 19 – 36. Menurut pandangan kami, bait lanjutan tersebut bukan bait asli. Dengan demikian bait tersebut tidak kami terjemahkan dan menurut kami bukan bagian dari SHPD

 

In Pupuh 6 – Pangkur which consists of 36 verses; on the 18th verse the discussion between the Great Deities was declared over and the Great Deitiesreturned to their place. But in this SHPD it is continued to verses 19 – 36. In our view, the continuation verses is not the original verse. Thus, we did not translate the stanza and in our opinion, it is not part of the SHPD

 

 

 

Pupuh 6.17 & 6.18

6.17

têlas Hyang Wisnu aturnya/ Hyang Pramèsthi langkung sukaning galih/ miwah Hyang Kanéka Sunu/ langkung marwata suka/ wit Hyang Wisnu condhong lan panêmunipun/ mung sagung para jawata/ ngrasa wus bênêr kang ngèlmi//

Sudah selesailah Hyang Wishnu menjelaskannya/ Hyang Pramesthi menjadi senang dihati/ dan Hyang Kaneka Sunu/ langsung berbahagia sekali/ sejak Hyang Wishnu condong kepada penemuannya/ tetapi para Dewata semuanya/ juga sudah merasa benar dalam belajarnya//

Hyang Wishnu had finished explaining/ Hyang Pramesthi was happy in his heart/ and Hyang Kaneka Sunu/ was very happy immediately/ since Hyang Vishnu was inclined towards his discovery/ but all of the Deities/ also felt right in their learning//

6.18

samana sami bubaran/ Sang Hyang Guru kondur lan para siwi/ myang sagung para déwagung/ bêdhol marang Kayangan/ titi tamat surasané srat linuhung/ sastra jéndra hayuningrat/ myang sastra cêtha wus ênting//

Semuanya kemudian bubar/ Sang Hyang Guru mengundurkan diri, demikian juga para murid/ termasuk seluruh Dewa Agung/ berangkat menuju Kahyangan/ teliti dan selesai sudah arti makna dari surat agung/ Sastrajendra Hayuningrat/ menjadi Sastra Cetho yang lebih mudah dimengerti//

Everybody then parted/ Sang Hyang Guru resigned, as did the students/ including all the Great Deities/ left to Heaven/ thorough and finished the meaning of this great literature/ Sastrajendra Hayuningrat/ than it became the Cetho Literature which is easier to understand//

 

 

 

Selanjutnya pupuh 6 – Pangkur bait 19 – 36 terjadi perbedaaan penggunaan kata-kata dalam penulisannya. Terlihat dalam penulisan itu sangat kental dengan nuansa islami yang tidak mungkin ada didalam dunia spiritualisme Jawa yang asli yang sangat berbeda era dan tata ajarannya

Dengan demikian disarankan untuk memahami SHPD dengan baik; sebaiknya sampai pada bait yang terakhir ini; karena keseluruhannya sudah menunjukkan inti dari ajaran SHPD.

 

Furthermore, pupuh 6 – Pangkur verses 19 – 36 there are differences in the use of words in writing. It can be seen in the writing that it is very thick with Islamic nuances that cannot exist in the world of genuine Javanese spiritualism which is very different in its era and teaching system.

Thus, it is advisable to understand the SHPD well; better get to this last verse; because all of them have shown the essence of the SHPD teachings

 

 

E

CATATAN PENUTUP | CLOSING NOTES

 

Untuk dapat mengerti sepenuhnya makna dari SHPD; memang tidak mudah. Sama dengan ajaran-ajaran spiritualitas Jawa pada umumnya; untuk dapat mengerti sesuatu yang bermakna agung, haruslah dengan cara meresapi ajaran itu dengan jiwa dan melaksanakannya dengan sepenuh hati dalam hidup

 

To fully understand the meaning of SHPD; it's not easy. Same with the teachings of Javanese spirituality in general; To be able to understand something that has a great meaning, the teaching should be understood with our soul and should be implemented it wholeheartedly to our life

 

 

 

Semoga analisa yang kami buat ini dapat dipahami oleh semua pembaca dan kami mohon maaf kalau analisa ini belum sempurna. Tujuan kami adalah agar bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi semua pembaca. Analisa kami adalah berdasarkan agama Jawa asli (Kapitayan)

 

Hopefully the analysis that we made can be understood by all readers and we apologize if this analysis is not perfect. Our goal is to provide additional knowledge for all readers. Our analysis is based on the original Javanese religion (Kapitayan)

 

 

 

Dengan demikian, sebenarnya SHPD adalah suatu literatur yang mengajarkan pembentukan budi pekerti manusia agar menjadi manusia yang luhur dan demi untuk keselamatan umat manusia di seluruh dunia dan untuk kembali kepada kebahagiaan sejati di alam abadi

 

Thus, actually SHPD is a literature that teaches the formation of human character so that humans are noble and for the sake of human salvation throughout the world and to return to true happiness in the eternal world

 

 



Comments

Popular Posts