SERIES 30.07 - SASTRAJENDRA - THE EXPLANATION (FINAL)

 


SERIES 30.07 – EXPLANATION OF SASTRAJENDRA HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU 2

 

 

 

Dalam keterangan ini kami membuat beberapa kesimpulan yang menjadi inti dari diskusi-diskusi para Dewata yang terjadi didalam SHPD

 

In this explanation, we make several conclusions that are the core of the discussions of the Great Deities that occur in the SHPD

 

 

A

PEMBENTUKAN KARAKTER / CHARACTER BUILDING

 

Didalam literatur SHPD ini diajarkan mengenai pembentukan karakter manusia, seperti dibawah ini:

 

 


 

In the SHPD literature, it is taught about character building for the sake of humanity, as above:

 

 

 

Diskusi awal dari para Dewata Agung yang tercatat didalam SHPD adalah mengenai pembentukan karakter manusia. Pembentukan karakter manusia ini sangat penting karena hal ini akan menuntun manusia untuk mengerti dirinya sendiri dalam menjalani kehidupannya. Setelah menjalani kehidupannya, Langkah selanjutnya adalah memahami kemana manusia harus kembali setelah kematiannya

 

The initial discussion of the Great Deva’s recorded in the SHPD was about Human Character building. This process of human character building is very important because this will lead humans to understand themselves in living their lives. After living his life, the next step is to understand where humans should return to after their death

 

 

B

PROSES (TATACARA) MENUJU MANUSIA SEUTUHNYA/ PROCESS (PROCEDURES) TOWARDS HUMANITY (mankind)

 

Selanjutnya agar manusia dapat menjalankan kehidupannya dan menjadi manusia yang sempurna (seutuhnya) maka diajarkan proses, seperti dibawah ini:

 

 


 

Furthermore, for humans to be able to carry out their lives and become perfect human beings (completely) the process is taught, as above:

 

 

C

MENUJU KEBAHAGIAN SELAMANYA / TOWARDS ETERNAL BLITHESOME

 

Pada akhirnya SHPD adalah suatu literatur panduan bagi hidup manusia untuk kembali kealam kebahagiaan yang sesungguhnya. Yang dijelaskan, seperti gambar dibawah ini:

 

 


 

In the end, SHPD is a literature to guide human life to return to the true happiness at eternal realm. Which is explained, as shown above

 

 

 

Dengan demikian, sebenarnya SHPD adalah suatu literatur yang mengajarkan pembentukan budi pekerti manusia agar menjadi manusia yang luhur dan demi untuk keselamatan umat manusia di seluruh dunia

 

Thus, SHPD is actually a literature that teaches the building of human character to become a noble human being and for the sake of mankind throughout the world.

 

 

D

SHPD dan asal muasal bahasa / SHPD and the beginning of language

 

 

 

Bagi sebagian besar orang Jawa, SHPD dikenal sebagai suatu pengetahuan yang terkait erat dengan pembentukan bahasa Jawa. Bahasa Jawa yang dikenal dengan nama Hanacaraka ini, dipercaya sebagai bahasa penghubung antara manusia dan hal-hal yang gaib. Dibanyak kelas/sekolah yang mengajarkan SHPD dalam meditasi menggunakan berbagai komposisi dari Hanacaraka dengan tujuan membentuk mantra-mantra. Mantra-mantra itu digunakan untuk dua sisi; sisi yang baik dan yang buruk. Singkatnya dikenal sebagai Ilmu Kesaktian

 

Selanjutnya kami akan membahasa mengenai SHPD dan kaitannya dengan Hanacaraka.

 

 

 

For most Javanese, SHPD is known as a knowledge that is closely related to the formation of the Javanese language. The Javanese language, known as Hanacaraka, is believed to be the language for communication between humans and the spirits world. Many classes/schools that teach SHPD in meditation use various compositions of Hanacaraka with the aim of forming mantras. Those mantras, then are used for both sides; the good and the bad side. In short it is known as Magical Science

 

Next, we will discuss about SHPD and its relation to Hanacaraka

 

 

D.1

Baca Pupuh 30.06 – Pangkur | Read Pupuh 30.06 - Pangkur

 

Didalam Pupuh 6: 7 dinyatakan  mengenai asal muasal manusia

 

wontên pasêmoning suksma/ pralambangé winor kalawan gaib/ nèng sastra catur swarèku/ a o i rê uninya/ myang carakan nglêgêna sabacutipun/ iya kang ha na ca ra ka/ lan pasanganipun sami//

Dalam bertemunya sukma/ lambangnya dicampur dengan gaib/ dalam tulisan 4 suara itu/ a o i rê bunyinya/ semuanya dengan tulisan tanpa tanda baca/ juga yang ha na ca ra ka/ dan pasangannya pun sama//

 

 

 

 

In Pupuh 6: 7 it is stated about the origin of humans

 

Dalam bertemunya sukma/ lambangnya dicampur dengan gaib/ dalam tulisan 4 suara itu/ a o i rê bunyinya/ semuanya dengan tulisan tanpa tanda baca/ juga yang ha na ca ra ka/ dan pasangannya pun sama//

When the soul meets/ its symbol is mixed with supranatural/ in the writing of the 4 voices/ a o i rê; it all sounds/ in writing without punctuation/ also in the same way/ and their partners are the same, too//

 

 

 

Selanjutnya dijelaskan mengenai pertemuan dari -HA (4 unsur)- dan -SA (bibit manusia)- . -HA + SA- adalah bibit manusia atau Tesing Dumadi

 

 


 

Furthermore, it is explained about the meeting of -HA (4 elements)- and -SA (human seeds)-. -HA + SA- is human seed or Tesing Dumadi

 

 

 

Selanjutnya mengenai -BA- yang dicoret dan berbunyi -BALI = KEMBALI- yang sebenarnya adalah -banyu hidup = air kehidupan = yang menjalankan kehidupan = air perwitasari- (bolak-balik)

 

Dan dengan menggunakan:

-WA- yang dipasangkan dengan -DA- dapat diartikan sebagai ‘segalanya akan menjadi terlihat dengan sebenar-benarnya’ dan agar semuanya ini berlanjut terus tanpa henti; harus dilengkapi dengan -PA- yang mengartikan bahwa selama proses tidak boleh ada ‘jarak’ dan tertata secara berurutan

 

 


 

Furthermore, regarding the -BA- which was crossed out and read as -BALI = GOING BACK- which is actually about -life water = a water of life = who runs our life = bone marrow- (backward-forward)

 

And by using:

-WA- which is paired with -DA- can be interpreted as 'everything will become truly visible' and for this to continue forever; must be completed with -PA- which means that during the process there should be no 'distance' and arranged sequentially

 

 

 

Dari keterangan yang dituliskan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut |From the information written above, it can be concluded as follows:

 

 


 

Artinya semua proses hidup itu telah terjadi didalam diri manusia semuanya | This means that all the processes of life have occurred in all human beings

 

 

 

Selain aksara HANACARAKA juga dikenal aksara TALIRASA[1] (baca: Tafsir Keris oleh: Toni Junus) yang mengatakan menemukan catatan tangan tentang aksara Talirasa (AKSARA BATIN) yang terdapat pada PAMOR Keris. Merujuk pada aksara tersebut, maka makna dari -HA-SA-BA-WA-DA- adalah sebagai berikut

 

 


 

In addition to the HANACARAKA script, the TALIRASA[2] script is also known (read: Tafsir Keris by: Toni Junus) which says he found hand notes about the Talirasa script (inner script) found on the PAMOR Keris. Referring to these characters, the meaning of -HA-SA-BA-WA-DA- is as follows

 

 

 

Dari ke 2 aksara tersebut dapat disimpulkan bahwa makna dari keduanya adalah sama, yaitu:

Bahwa hidup itu karena cahaya Alla yang merupakan sifat ADA, tanpa dimulai / diawali, dimana air sejati (perwitasari) yang menjalankannya, sehingga wujud yang ada tanpa dibayangkan adalah suatu makhluk yang tidak bekerja, yang menjadi wadah yang selalu menuju kearah Hyang Maha Kuasa (Alla)

 

From the 2 scripts, it can be concluded that the meaning of both is the same, as follow:

That life is due to the light of Alla which is the nature of BEING, without starting / beginning, where true water (perwitasari) runs it, so that the unimaginable being is a creature that does not work, which is a vessel that always goes towards the Almighty (Alla)

 

 

 

Aksara TALIRASA dan HANACARAKA lengkap | Complete script of TALIRASA and HANACARAKA

 

 

 

 

 

Dengan demikian jelaslah SHPD adalah suatu literatur yang mengajarkan manusia untuk menyadari dan memahami dari mana asal-muasal hidup kita dan kemana kita akan pergi pada akhir perjalanan hidup kita (Sangkan Paraning Dumadi). Bekal utamanya adalah memahami TESING DUMADI itu sendiri. Mengolah rasanya secara terus menerus, agar tidak pernah lepas hubungannya dengan cahaya Alla Sang Pencipta

 

Thus, it is clear that SHPD is a literature that teaches humans to realize and understand where our life comes from and where we will go at the end of our life journey (Sangkan Paraning Dumadi). The main provision is to understand TESING DUMADI itself. Cultivate the senses continuously, so that it never loses its connection with the light of Alla the Creator

 

 

E

CATATAN | NOTES

 

 

 

Setelah melakukan analisa ini; kami tidak menemukan adanya ajaran mengenai KESAKTIAN (KEDIGDAYAAN) yang diajarkan melalui literatur SHPD ini. Semua ajaran yang dibicarakan hanya mengenai MANUNGGALING KAWULO GUSTI tidak ada yang lain

 

After going through this analysis; we did not find any teaching about POWER (KEDIGDAYAAN) taught through this SHPD literature. All the teachings that are discussed are only about MANUNGGALING KAWULO GUSTI (ONENESS of HUMAN-GOD) nothing else

 

 

F

PENUTUP | FINALE

 

Didalam SHPD ini ditemukan perbedaan pemikiran antara 2 begawan yang mumpuni ilmunya; yaitu: BATARA NARADA dan BATARA GURU. Perbedaan ini kemudian berkembang menjadi aliran-aliran pendapat yang selanjutnya menjadi arah dari perguruan-perguruan di Jawa. Namun seperti telah diingatkan juga bahwa perbedaan itu hendaknya tidak dipertentangkan; karena pada akhirnya semuanya menuju yang satu saja.

 

In this SHPD we found differences in thinking between 2 experts who are highly qualified in their knowledge; namely: BATARA NARADA and BATARA GURU. This difference then developed into streams of opinion which in turn became the direction of many schools of taught in Java. However, as has also been reminded that these differences should not be contradicted; because in the end it all goes to The One

 

 

 

Semoga uraian ini bermanfaat bagi semuanya; kemungkinan kami akan melanjutkan pembahasan ini di serial-serial berikutnya

 

Hopefully our description above is useful for all; maybe we will continue this discussion in the next series

 

 


[1] TALIRASA SCRIPT see Kris: An Interpretation by Toni Junus page: 74-75

[2] See foot note no. 1


Comments

Popular Posts